Selasa, 04 Juni 2013

Katak Yang Suka Berbohong (Pinokio)




Lagi lagi di Papua ditemukan jenis katak baru. Banyak sekali kekayaan flora dan fauna di Papua yang belum ditemukan sepenuhnya dan kemungkinan aka nada lebih banyak spesies baru yang akan ditemukan di pulau ini. Sudah banyak jenis tumbuhan dan obat-obatan baru yang memiliki daya kesembuhan hebat yang di temukan di daerah ini dan juga banyak jenis fauna cantik spesies baru yang ditemukan di daerah ini.
Katak pohon jenis baru (Litoria sp. nov.) yang ditemukan di Papua belum lama ini unik karena memiliki bagian tubuh yang memanjang di mukanya sehingga terlihat seperti hidung yang mancung. Katak spesies baru ini dtemukan di Pegunungan Foja, Pulau New Guinea, Papua. Spesies baru katak ini (Litoria sp nov) memiliki benjolan panjang pada hidung seperti pinokio yang menunjuk ke atas bila ada ajakan dari jenis jantan serta mengempis dan mengarah ke bawah bila aktivitasnya berkurang. Katak ini ditemukan oleh herpetologis, Paulus Oliver secara kebetulan.
Kepala Komunikasi Conservation International (CI) Elshinta S Marsden mengatakan katak tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak spesies baru yang ditemukan selama Conservation International’s Rapid Assessment Program (RAP). Ekspedisi ini merupakan kolaborasi ilmuwan dari dalam dan luar negeri, termasuk para peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Selain katak pinokio, spesies baru yang ditemukan lainnya antara lain adalah tikus besar berbulu, tokek bermata kuning berjari bengkok, merpati kaisar, walabi kerdil (Dorcopsulus sp nov) yang merupakan anggota kanguru terkecil di dunia, serta seekor kanguru pohon yang sudah sangat langka dan sangat terancam keberadaannya karena perburuan dari bagian wilayah New Guinea lainnya.
Kejutan terbesar dari ekspedisi itu datang ketika seorang ornitologis, Neville Kemp, yang melihat sepasang merpati kaisar yang baru ditemukan (Ducula sp nov) dengan bulu-bulu yang terlihat berkarat, agak putih dan abu-abu. Temuan lainnya yang direkam selama survei RAP itu antara lain, kelelawar kembang baru (Syconycteris sp nov) yang memakan sari bunga dari hutan hujan, seekor tikus pohon kecil (Pogonomys sp nov), seekor kupu-kupu hitam putih (Ideopsis fojana) yang masih memiliki hubungan dengan jenis kupu-kupu raja pada umumnya dan semak belukar berbunga yang baru (Ardisia hymenandroides).
Untuk menentukan temuan tersebut betul-betul terbaru tentu saja perlu diteliti dulu famili dan habitatnya. Hal inilah yang membutuhkan waktu dan kadang hingga bertahun-tahun. Kepastian penemuan itu diungkapkan dalam rangka menandai peringatan Hari Keanekaan Ragam Hayati se-Dunia (International Day for Biological Diversity) pada tanggal 22 Mei.
Pada ekspedisi RAP yang didukung The National Geographic Society dan Smithsonian Institution ini, para ahli biologi bertahan menghadapi hujan badai yang lebat dan banjir bandang yang mengancam sambil terus melacak spesies-spesies yang belum ditemukan sebelumnya, mulai dari bukit rendah di Desa Kwerba sampai ke puncaknya pada ketinggian 2.200 meter di atas permukaan laut.
Disebutkan juga, temuan ini dapat menunjukkan berapa banyak bentuk spesies unik yang hanya hidup di hutan-hutan pegunungan Papua dan menyadarkan dunia betapa hutan-hutan ini harus dilestarikan. Para peneliti LIPI merasa sangat bersyukur turut terlibat dalam pengungkapan keanekaan ragam hayati kawasan Pegunungan Foja, Mamberamo. Adanya kerja sama penelitian ini jelas mendukung program-program konservasi pada kawasan yang memiliki biodiversitas sangat tinggi dan termasuk dalam daftar perlindungan undang-undang RI.
Gubernur Papua mengingatkan, pihaknya sepakat dan sangat mendukung agar wilayah-wilayah ber-biodiversitas sangat tinggi di Provinsi Papua dipertahankan karena banyak spesies endemik di wilayah ini yang masih terisolasi dan tidak terdapat di belahan dunia lain.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar