Senin, 03 Juni 2013

Air Mata Buaya


Biasanya kalo ada yang nangis biar orang lain ngerasa kasian, disebut air mata buaya. Ternyata, asal usul istilah ini memang seperti kenyataannya, buaya memang menangis  waktu memakan mangsanya. Seorang peneliti Universitas Florida meneliti kalau buaya memang nangis kalo lagi makan, tapi buaya nangis karena alasan fisiologis dan bukan karena sedih harus membunuh untuk makan seperti kebanyakan anggapan orang. Seorang zoologis bernama Kent Vliet mengamati dan merekam empat buaya caiman dan tiga aligator hasil tangkapan dari alam saat 7 ekor reptile ini sedang makan di sebuah lahan yang kering di Taman Zoologi, Peternakan Aligator St. Augustine Florida..Caiman & aligator memang masih kerabat dekat buaya. Kent Vliet kemudian menemukan kalo lima dari ke tujuh reptile ini menangis saat mereka merobek daging mangsanya dengan air mata yang menetes dan bahkan membasahi wajah buaya. Kent Vliet mengatakan kalo ada banyak referensi dalam literatur umum mengenai hubungan buaya yang sedang makan dan buaya yang menangis, tapi hampir semuanya bersifat anekdotal. Sementara itu, dari sudut pandang biologi ada kebingungan dalam literatur ilmiah mengenai subyek ini, jadi Kent Vliet dan timnya memutuskan untuk mengamati lebih dekat. Vliet mengatakan kalau ia memulai proyek ini setelah ada ajakan dari D. Malcolm Shaner, seorang konsultan neurologi di Kaiser Permanente, Los Angeles Barat, dan asisten profesor neurologi klinis di UCLA. Shaner menyelidiki sindrom yang relatif langka pada palsi wajah manusia yang menyebabkan penderita menangis ketika makan. Untuk presentasi yang akan ia berikan pada sebuah konferensi neurologis klinis, ia ingin tahu apakah istilah umum para dokter mengenai sindrom ini, air mata buaya, memiliki basis fakta biologis.
Shaner dan Vliet kemudian mempelajari sejumlah besar referensi air mata buaya di buku yang diterbitkan sejak ratusan tahun lalu hingga sekarang. Istilah ini mungkin memiliki popularitas yang luas sebagai hasil dari sebuah kalimat dalam buku “The Voyage and Travel of Sir John Mandeville” yang pertama kali diterbitkan di tahun 1400 dan dibaca oleh banyak orang. Kalimat dalam buku tersebut mengatakan, “Dalam negara tersebut ada banyak buaya, mahluk ini memangsa manusia dan mereka memakannya sambil menangis.”
Shaner dan Vliet juga menemukan referensi tangisan buaya dalam literatur ilmiah, namun sifatnya kontradiktif dan memusingkan. Seorang ilmuan pada awal abad yang lalu, memutuskan menentukan apakah mitos ini benar dengan menggosokkan bawang putih dan garam ke mata buaya, dan ketika buaya itu ternyata tidak menangis, maka sang ilmuan menyimpulkan kalau hal tersebut hanyalah mitos. Shaner juga mengatakan kalau masalah dalam eksperimen tersebut adalah sang ilmuwan tidak memeriksa buaya saat buaya makan & hanya meletakkan bawang putih dan garam di mata mereka. Hasilnya, Vliet memutuskan untuk melakukan pengamatannya sendiri. Dalam mitos disebutkan buaya sering menangis ketika memakan manusia. Untuk ngebuktiinnya, ngga mungkin dong Kent Vliet memberi makan buaya dengan manusia. Hehee..
Lalu Vliet memilih makanan aligator yang mirip biskuit anjing yang dibuat di peternakan aligator St. Augustine. Kent Vliet memutuskan mengamati aligator dan caiman (bukannya buaya) karena alligator dan caiman di peternakan tersebut dilatih untuk makan di lahan yang kering. Hal ini tentu saja sangat penting karena jika makan di lahan basah, air dapat membasahi mata alligator dan caiman hingga tidak dapat diketahui apakah mereka mengeluarkan air mata atau tidak. Pemilik peternakan tidak melatih buaya untuk makan di darat karena buaya sangat liar dan agresif. Tapi Kent Vliet mengatakan kalau dia yakin reaksi yang sama akan terjadi pada aligator dan caiman karena semuanya masih berkerabat dekat dengan buaya.
Vliet mengatakan kalau ia percaya ini merupakan hasil perilaku mendesis dan menghembus, perilaku yang sering dilakukan saat ia makan. Udara terdorong melewati sinus dan dapat bercampur dengan air mata dalam lacrimal buaya, atau kelenjar air mata yang menjadi kosong dan airnya tumpah ke mata. Tapi satu hal yang pasti, buaya menangis tidak karena menyesal, berdasarkan pengalaman Kent Vliet, saat buaya memangsa sesuatu, buaya memang bersungguh sungguh untuk memangsa tanpa rasa iba. Penemuan lain menyebutkan kalau buaya meneteskan air mata untuk mengeluarkan kelebihan garam dari tubuhnya.  Secara alami hal ini terjadi karena kelenjar air mata buaya akan mengeluarkan cairan untuk mengeluarkan kelebihan garam dari buaya.
Tapi kondisi sekarang ini bisa bikin buaya benar benar nangis. Populasi buaya nyaris punah karena banyaknya permintaan akan kulitnya yang diproses jadi sepatu, tas tangan, koper, ikat pinggang, dan lain lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar