Senin, 03 Juni 2013

Makanan Dari Satwa Unik


Perburuan laba-laba di Kamboja ternyata sudah dimulai sejak tahun 1970. Salah satunya adalah tarantula yang biasa dijadikan campuran minuman arak beras dan beberapa buah-buahan.  Penduduk Kamboja percaya kalau minuman yang dicampur tarantula ini berfungsi untuk obat kuat atau obat penambah nafsu. Samapi sekarang sih maih banyak turis dari luar daerah yang datang hanya untuk ikut berburu tarantula dan menyaksikan cara pembuatan minuman unik tersebut.  Pembuatannya cukup mudah karena tarantula itu hanya dimasukkan ke dalam minuman hidup hidup hingga tenggelam, hal ini dilakukan untuk menjaga kesegaran tarantula. Tapi selain dibuat minuman, penduduk Kamboja juga menyajikan tarantula yang dimasak dengan cara menggorengnya dan menjualnya di kios kios pinggir jalan. Di Kamboja, tarantula hitam besar yang dimasak ini dikenal dengan nama A-Ping dan merupakan jenis makanan yang terkenal di sebuah desa di utara Phnom Penh, Kamboja.  Desa ini sering disebut dengan spiderville karena banyaknya penjaja makanan berbahan dasar tarantula ini. Biasanya tarantula dijajakan setelah dihilangkan taringnya, di goreng setengah matang lalu dimasak lagi dengan bawang putih, gula, garam dan bumbu-bumbu lainnya sampai renyah dan berwarna kemerahan. Salah seorang turis yang mencoba makanan ini mengatakan  kalau tarantula yang dimakannya rasanya manis dan agak renyah. Walaupun  tarantula bukan serangga, tetap saja masih ada orang yang tidak mau memakannya.
A-Ping
Tak jauh dari Kamboja, yaitu di Vietnam, sebagian besar penduduknya tidak takut untuk memakan semua bagian hewan, bahkan yang lebih aneh dari tarantula. Suku Khmer yang tinggal di Delta Mekong termasuk salah satu pemakan serangga dan laba-laba paling banyak di Vietnam, beberapa suku yang tinggal di pegunungan di sana juga menikmati camilan dari serangga air raksasa dan kalajengking. Yang paling sering dikonsumsi adalah jangkrik, larva lebah dan ulat sutera. Kebanyakan bahan makanan itu digoreng dan diberi bumbu agar ada rasanya sebab serangga serangga tersebut konon  tidak punya rasa.
Sayangnya, beberapa restoran di Vietnam menyajikan hewan liar, bahkan yang terancam punah, dan sebagian besar didapat dengan cara ilegal. Beberapa buku petunjuk dan program televisi banyak yang merekomendasika tempat-tempat ini. Bahkan pernah  salah satu channel TV  yang bernama Travel Channel baru-baru ini harus menyunting ulang liputannya tentang makan makanan ini di episode “No Reservations” dan “Bizarre Foods” karena  tuntutan dari Wildlife Conservation Society. Pasalnya, Travel Channel menayangkan konsumsi hewan hewan liar di Vietnam dan Kamboja dengan tidak memperhatikan masalah lingkungan.
Sebenarnya ada undang undang di Vietnam yang membolehkan peternakan hewan hewan liar untuk konsumsi ini dan diperbolehkan untuk beroperasi jika mereka sudah membayar izin. Tapi kenyataannya banyak peternakan yang mendapatkan daging hewan dari pemburu gelap, termasuk bagian tubuh harimau, cairan hati beruang dan cula badak yang diselundupkan dari Afrika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar