Ekspedisi penelitian yang dilakukan oleh Conservation International
di wilayah Sungai Sipaliwini dan Kutari di Suriname berhasil menemukan
keanekaragaman hayati baru yang terdapat di wilayah tersebut. Menurut Livescience,
sebanyak 1.300 spesies terkumpul lewat penelitian bertajuk
“Conservation International Rapid Assessment Program”. Dari jumlah itu,
46 spesies di antaranya berpotensi sebagai spesies baru.
Salah satu spesies yang menarik adalah sejenis ikan sapu sapu yang
memiliki tanduk. Ikan sejenis sapu sapu ini memiliki tulang eksternal,
selain itu ukuran ikan sapu sapu yang cukup besar ini merupakan bentuk
adaptasi di Sungai Sipaliwini, tempat ikan sapu sapu ini berkembang di
lingkungan yang dipenuhi ikan piranha. Jenis ikan sapu sapu yang bernama
ilmiah Pseudacanthicus sp ini merupakan spesimen
pertama yang berasal dari Sungai Sipaliwini. Spesimen ini semula hendak
dimasak oleh warga lokal sebelum akhirnya diminta ilmuwan untuk
dikoleksi.
Spesies yang diduga baru lainnya adalah hewan dari jenis amfibi yaitu katak Hypsiboas sp
yang memiliki jumbai putih pada kaki. Katak ini dijuluki katak Koboi
karena jumbai putih di kakinya mirip seperti celana koboi, dan juga
katak ini memiliki semacam taji di telapak kaki. Katak ini ditemukan di
salah satu cabang pohon di Sungai Kutari. Spesies katak lain yang
ditemukan dan telah dikenal dalam ilmu pengetahuan adalah katak mulut
raksasa (Ceratophrys cornuta). Jenis katak ini sangat rakus.
Dengan mulutnya yang berukuran besar, katak ini bisa dan akan memakan
katak lain, burung dan mamalia yang seukuran dengan tubuhnya.
Selain itu ditemukan jga tonggeret krayola yang punya warna tubuh
mencolok. Tonggeret adalah sejenis serangga anggota subordo
Cicadomorpha, ordo Hemiptera. Bagian depan tubuh tonggeret ini bewarna
merah jambu dengan bintik hitam, sementara bagian belakangnya berwarna
kuning berbintik biru. Tonggeret yang bernama ilimiah Vestria sp
ini punya semacam senjata kimia untuk melindungi diri dari burung dan
mamalia. Manusia tak akan merasakan efek apa apa kalau memegang
tonggeret ini tapi jangan coba coba memakannya karena pasti akan
sakit. Dua spesies lain adalah tonggeret berkepala kerucut (Lobocelis bacatus) yang memiliki warna merah muda dan hijau serta kumbang bertanduk (Coprophanaeus lancifer)
yang berukuran raksasa untuk jenisnya karena memiliki bobot seberat 6
gram, memakan kotoran serta memiliki warna biru dan ungu.
Selain kekayaan biologi, ilmuwan juga berhasil menemukan sebuah gua
purba di situs Werephai, dekat Desa Kwamalasatu, Suriname. Analisis
menguak bahwa gua itu telah dijadikan tempat hunian sejak 5.000 tahun
lalu. Menanggapi hasil temuan, Trond Larsen yang mengepalai program
penelitian ini mengatakan bahwa untuki sementara ini akan sangat penting
mendata dan memahami biodiversitas yang ada di daerah itu untuk
melindunginya. Dan tujuan terpenting dari program ini adalah mendapatkan
kesempatan untuk bekerja sama dengan komunitas Trio yang merupakan
komunitas adat setempat. Penemuan ini akan membantu komunitas Trio untuk
mempromosikan ekoturisme yang berkelanjutan, memberi kesempatan
peningkatan ekonomi, sekaligus mendukung program konservasi di ekosistem
sekelilingnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar