Minggu, 02 Juni 2013

Spesies Katak Baru Lagi

Ekspedisi penelitian yang dilakukan oleh Conservation International di wilayah Sungai Sipaliwini dan Kutari di Suriname berhasil menemukan keanekaragaman hayati baru yang terdapat di wilayah tersebut. Menurut Livescience, sebanyak 1.300 spesies terkumpul lewat penelitian bertajuk “Conservation International Rapid Assessment Program”. Dari jumlah itu, 46 spesies di antaranya berpotensi sebagai spesies baru.
Salah satu spesies yang menarik adalah sejenis ikan sapu sapu yang memiliki tanduk. Ikan sejenis sapu sapu ini memiliki tulang eksternal, selain itu ukuran ikan sapu sapu yang cukup besar ini merupakan bentuk adaptasi di Sungai Sipaliwini, tempat ikan sapu sapu ini berkembang di lingkungan yang dipenuhi ikan piranha. Jenis ikan sapu sapu yang bernama ilmiah Pseudacanthicus sp ini merupakan spesimen pertama yang berasal dari Sungai Sipaliwini. Spesimen ini semula hendak dimasak oleh warga lokal sebelum akhirnya diminta ilmuwan untuk dikoleksi.
Spesies yang diduga baru lainnya adalah hewan dari jenis amfibi yaitu katak Hypsiboas sp yang memiliki jumbai putih pada kaki. Katak ini dijuluki katak Koboi karena jumbai putih di kakinya mirip seperti celana koboi, dan juga katak ini memiliki semacam taji di telapak kaki. Katak ini ditemukan di salah satu cabang pohon di Sungai Kutari. Spesies katak lain yang ditemukan dan telah dikenal dalam ilmu pengetahuan adalah katak mulut raksasa (Ceratophrys cornuta). Jenis katak ini sangat rakus. Dengan mulutnya yang berukuran besar, katak ini bisa dan akan memakan katak lain, burung dan mamalia yang seukuran dengan tubuhnya.

Selain itu ditemukan jga tonggeret krayola yang punya warna tubuh mencolok. Tonggeret adalah sejenis serangga anggota subordo Cicadomorpha, ordo Hemiptera. Bagian depan tubuh tonggeret ini bewarna merah jambu dengan bintik hitam, sementara bagian belakangnya berwarna kuning berbintik biru. Tonggeret yang bernama ilimiah Vestria sp ini punya semacam senjata kimia untuk melindungi diri dari burung dan mamalia. Manusia tak akan merasakan efek apa apa kalau memegang tonggeret ini tapi jangan coba coba memakannya karena pasti akan sakit. Dua spesies lain adalah tonggeret berkepala kerucut (Lobocelis bacatus) yang memiliki warna merah muda dan hijau serta kumbang bertanduk (Coprophanaeus lancifer) yang berukuran raksasa untuk jenisnya karena memiliki bobot seberat 6 gram, memakan kotoran serta memiliki warna biru dan ungu.
Coprophanaeus Lancifer Jantan
Selain kekayaan biologi, ilmuwan juga berhasil menemukan sebuah gua purba di situs Werephai, dekat Desa Kwamalasatu, Suriname. Analisis menguak bahwa gua itu telah dijadikan tempat hunian sejak 5.000 tahun lalu. Menanggapi hasil temuan, Trond Larsen yang mengepalai program penelitian ini mengatakan bahwa untuki sementara ini akan sangat penting mendata dan memahami biodiversitas yang ada di daerah itu untuk melindunginya. Dan tujuan terpenting dari program ini adalah mendapatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan komunitas Trio yang merupakan komunitas adat setempat. Penemuan ini akan membantu komunitas Trio untuk mempromosikan ekoturisme yang berkelanjutan, memberi kesempatan peningkatan ekonomi, sekaligus mendukung program konservasi di ekosistem sekelilingnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar