Senin, 03 Juni 2013

Si Purba Yang Gagah



Sudah sejak lama komodo jadi tontonan yang menarik di banyak kebun binatang, alasan ini terutama karena ukuran tubuh dan reputasi komodo yang membuatnya begitu populer. Meski begitu hewan ini jarang dimiliki oleh kebun binatang karena komodo rentan terhadap infeksi dan penyakit akibat parasit, juga karena komodo bukanlah hewan yang mudah berkembang biak.
Komodo yang pertama kali dipertontonkan adalah komodo yang dipelihara di Kebun Binatang Smithsonian pada tahun 1934, tapi sayangnya komodo ini hanya bertahan hidup selama dua tahun di kebun binatang tersebut. Usaha usaha untuk memelihara reptil buas ini terus dilanjutkan, tapi usia komodo dalam penangkaran tak begitu panjang yaitu usia rata ratanya hanya 5 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Walter Auffenberg yang hasilnya kemudian diterbitkan sebagai buku berjudul The Behavioral Ecology of the Komodo Monitor, akhirnya memungkinkan pemeliharaan dan pembiakan satwa yang sudah langka ini di penangkaran.
Telah teramati bahwa banyak individu komodo yang dipelihara memperlihatkan perilaku yang jinak untuk jangka waktu tertentu. Dilaporkan pada banyak kali kejadian, bahwa para pawang berhasil membawa keluar komodo dari kandangnya untuk berinteraksi dengan pengunjung, termasuk pula anak anak di antaranya, tanpa akibat yang membahayakan pengunjung.
Komodo agaknya adalah hewan cerdas yang dapat mengenali orang satu persatu. Ruston Hartdegen dari Kebun Binatang Dallas melaporkan bahwa komodo komodo yang dipeliharanya bereaksi berbeda apabila berhadapan dengan pawang yang biasa memeliharanya, dengan pawang lain yang kurang lebih sudah dikenal, atau dengan pawang yang sama sekali belum dikenal.
Penelitian terhadap komodo peliharaan membuktikan bahwa hewan ini senang bermain. Suatu kajian mengenai komodo yang mau mendorong sekop yang ditinggalkan oleh pawangnya, nyata nyata memperlihatkan bahwa hewan itu tertarik pada suara yang ditimbulkan sekop ketika menggeser sepanjang permukaan yang berbatu. Seekor komodo betina muda di Kebun Binatang Nasional di Washington, D.C. senang meraih dan mengguncangkan aneka benda termasuk patung patung, kaleng kaleng minuman, lingkaran plastik, dan selimut. Komodo ini pun senang memasuk masukkan kepalanya ke dalam kotak, sepatu, dan aneka obyek lainnya. Komodo tersebut bukan tak bisa membedakan benda benda tadi dengan makanan; ia baru memakannya apabila benda benda tadi dilumuri dengan darah tikus. Perilaku bermain main ini dapat diperbandingkan dengan perilaku bermain mamalia.
Catatan lain mengenai kesenangan bermain komodo didapat dari Universitas Tennessee. Seekor komodo muda yang diberi nama “Kraken” bermain dengan gelang gelang plastik, sepatu, ember, dan kaleng, dengan cara mendorongnya, memukul mukulnya, dan membawanya dengan mulutnya. Kraken memperlakukan benda benda itu berbeda dengan apa yang menjadi makanannya, mendorong Gordon Burghardt, seorang peneliti untuk menyimpulkan bahwa hewan hewan ini telah mementahkan pandangan bahwa permainan semacam itu adalah “perilaku predator bermotif pemangsaan”.
Komodo yang nampak jinak sekalipun dapat berperilaku agresif secara tak terduga, khususnya apabila teritorinya dilanggar oleh seseorang yang tak dikenalnya. Pada bulan Juni 2001, serangan seekor komodo menimbulkan luka luka serius pada Phil Bronstein, seorang editor eksekutif harian San Francisco Chronicle dan bekas suami Sharon Stone, seorang aktris Amerika terkenal saat ia memasuki kandang binatang itu atas undangan pawangnya. Bronstein digigit komodo itu di kakinya yang telanjang, setelah si pawang menyarankannya agar membuka sepatu putihnya, yang dikhawatirkan bisa memancing perhatian si komodo. Meski pria itu berhasil lolos, namun ia membutuhkan pembedahan untuk menyambung kembali tendon ototnya yang terluka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar