Senin, 03 Juni 2013
Katak ala Drakula
Seorang ahli satwa dari McMaster University di Hamilton yang bernama Ben Evans dan beberapa ilmuwan Indonesia menemukan spesies katak bertaring di Sulawesi, Indonesia. Untuk menemukan katak ini, Evans dan timnya harus melakukan ekspedisi yang tidak mudah di sepanjang sungai dan hutan di Sulawesi dengan resiko yang besar seperti gigitan ular berbisa. Tapi kerja keras ini tidak sia sia karena mereka berhasil menemukan dan menangkap 683 ekor katak yang beberapa diantaranya belum pernah ditemukan sebelumnya. Kemudian Evans membuat peta distribusi katak katak yang ditemukannya dan juga catatan perbandingan ciri ciri dari masing masing katak yang ditemukan dengan lingkungan tempat tinggalnya. Saat ekspedisi ini, Evans berusaha sebisa mungkin untuk menangkap katak di hutan yang belum tersentuh kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat atau yang biasa disebut dengan illegal logging. Tapi Evans mengatakan bahwa ada banyak hutan dimana mereka mengambil sampel, tapi kemudian hilang saat mereka mengunjunginya beberapa tahun kemudian. Dengan alasan ini, Evans menyatakan sejauh ini belum ada dari spesies yang ditemukannya sudah punah, tapi ia meyakini kalu distribusi katak-katak tersebut telah berkurang banyak. Dan tentu saja diperlukan usaha pelestarian lingkungan yang serius jika ingin menjaga agar katak katak unik ini tetap eksis.
Katak bertaring yang ditemukan ini termasuk dalam genus Limnocetes. Katak ini sebetulnya tidak benar benar memiliki gigi taring karena katak ini tidak memiliki akar gigi atau ciri ciri gigi lainnya, tapi alasan nama katak bertaring tersebut diberikan lebih karena katak ini memiliki tonjolan tulang yang unik di rahang bagian bawahnya.
Dalam laporannya, Ben Evans menulis bahwa seluruh spesies katak bertaring yang ditemukan di Sulawesi itu memiliki variasi adaptasi yang berbeda beda sesuai dengan kondisi lingkungan dan iklimnya masing masing, mulai dari yang paling basah & lembab hingga yang paling kering dengan bermacam macam tanaman yang ada.
Beberapa spesies dari katak bertaring ini mempunyai kaki berselaput tebal untuk beradaptasi dengan arus sungai yang deras. Sementara beberapa katak bertaring yang lainnya memiliki kaki berselaput tipis yang sesuai dengan lingkungan darat atau kering. Tapi hal yang paling unik dari katak ini adalah ada jenis katak bertaring yang melakukan fertilisasi internal lalu meletakkan telur telur nya jauh dari air dan mengawasinya.
Penemuan katak bertaring ini bisa jadi contoh yang bagus tentang bagaimana beberapa spesies pada akhirnya menggunakan cara yang sama untuk bertahan hidup dan melakukan keaneka ragaman jika diberi kesempatan. Evans juga mengatakan bahwa berdasarkan hasil penelitiannya, tidak ada genus katak lain di Sulawesi yang bisa berkompetisi dengan genus katak bertaring. Dan hal ini menjadi bukti kalau katak bertaring sudah berevolusi untuk mengisi kekosongan beberapa kehidupan satwa yang ada di Sulawesi.
Tapi sampai sekarang, para ilmuwan yang menemukan katak bertaring ini belum mengetahui apa sebenarnya manfaat ‘taring’ pada katak jenis ini. Beberapa kemungkinan terbesar adalah ‘taring’ pada katak ini memiliki fungsi sebagai senjata untuk melawan katak pejantan lain, untuk mempertahankan wilayah, untuk menangkap mangsa seperti ikan dan serangga dan juga digunakan sebagai senjata untuk melawan predator.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar