Amphibi
merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi
oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal
dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti
hidup.
Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai
dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia
mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di
daratan. ( Zug, 1993)
Pada fase berudu amphibi hidup di perairan
dan bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan
ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru.
Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki.
Perubahan
cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke
daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan
menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi
terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat. (Zug,
1993)
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang
berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi
untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang
menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi
seiring dengan perubahan fase hidup.
Otak depan menjadi lebih
besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum
konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk
kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat.
Walaupun
demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan
perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota
Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa.
Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan
berkembang biak secara neotoni.
Ada beberapa jenis amphibi lain
yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu
kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang
hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat
stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb, 1986)
Adapun ciri-ciri umum anggota amphibia adalah sebagai berikut:
1. Memilliki anggota gerak yang secara anamotis pentadactylus, kecuali pada apoda yang anggota geraknya terduksi.
2.
Tidak memiliki kuku dan cakar, tetapi ada beberapa anggota amphibia
yang pada ujung jarinya mengalami penandukan membentuk kuku dan cakar,
contoh Xenopus sp.
3. Kulit memiliki dua kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan atau kelenjar berbintil ( biasanya beracun).
4. Pernafasan dengan insang, kulit, paru-paru.
5. Mempunyai sistem pendengaran, yaitu berupa saluran auditory dan dikenal dengan tympanum.
6. Jantung terdiri dari tiga lobi ( 1 ventrikel dan 2 atrium)
7. Mempunyai struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi palatum.
8. Merupakan hewan poikiloterm.
Sistematika
Anggota
amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Urodela (Salamander), Apoda
(Caecilia), dan Anura ( katak dan kodok), Proanura (telah punah). Adapun
klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
SuperClass : Tetrapoda
Class : Amphibia
Ordo :
a Caecilia Gymnophiona
-
Familia Ichthyopidae , Familia Caecilidae, Familia Rhinatrematidae,
Familia Scoleocomorphidae, Familia Uracotyphlidae, Familia
Typhlonectidae
b Urodela
Subordo : Cryptobranchoidea
- Familia Cryptobranchidae, Familia Hynobiidae
Subordo : Salamandroidea
-
Familia Salamandridae, Familia Proteidae, Familia Ambystomatidae,
Familia Amphiumidae, Familia Dicamtodontidae, Familia Plethodontidae
Subordo : Meantes
- Familia Sirenidae
c. Anura
Subordo : Archaeobatrachia
- Familia Discoglossidae , Familia Ascaphidae, Familia Leiopelmatidae
Subordo : Mesobatrachia
- Familia Pipidae, Familia Rhinophrynidae, Familia Pelobatidae, Familia Pelodytidae
Subordo : Neobatrachia
-
Familia Bufonidae, Familia Microhylidae, Familia Ranidae, Familia
Pelobatidae (Megophrydae) , Familia Rhacophoridae, Familia
Dendrobatidae, Familia Hylidae, Familia Pelodryadidae, Familia
Myobatrachidae, Familia Sooglossidae, Familia Psedidae
d. Proanura ( telah punah )
Adapun Ordo yang terdapat pada Amphibi adalah :
1. Ordo Caecilia ( Gymnophiona)
Ordo
ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki
sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen,
tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang
kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada
beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor.
Di bagian
anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory.
Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva
hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang
mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di
lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal. (
Webb et.al, 1981)
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu
Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan
Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae,
Caecilinae dan Typhlonectinae. ( Webb et.al, 1981)
Famili yang
ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai
ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang.
Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga
pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan
waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang
ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.
2. Ordo Urodela
Urodela
disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang,
mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh
dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan.
Beberapa spesies
mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada
bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata
mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota
ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola
persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan
Eropa. (Pough et. al, 1998)
Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu
Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae
hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo
Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan
Hynobiidae.
Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu
Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae,
Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae. ( Pough et. al.,
1998)
3. Ordo Proanura
Anggota-anggota ordo ini tidak
dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah punah. Anggota-anggota ordo
ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva dan hanya sedikit saja
yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa.
Ciri-ciri umumnya
adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang, kedua
rahang dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan
paru-paru mengalami sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan
adanya dua bentuk dalam daur hidupnya. (Duellman and Trueb, 1986)
4. Ordo Anura
Nama
anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo
ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan
badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai
belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung
pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat
selaput diantara jari-jarinya.
Membrana tympanum terletak di
permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang
mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang
dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di
perairan yang tenang dan dangkal. (Duellman and Trueb, 1986)
Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu:
Ascaphidae, Leiopelmatidae, Bombinatoridae
Discoglossidae, Pipidae, Rhinophrynidae,
Megophryidae, Pelodytidae, Pelobatidae,
Allophrynidae, Bufonidae, Branchycephalidae,
Centrolenidae, Heleophrynidae, Hylidae,
Leptodactylidae, Myobatrachidae, Pseudidae,
Rhinodermatidae, Sooglossidae, Arthroleptidae,
Dendrobatidae, Hemisotidae, Hyperoliidae,
Microhylidae, Ranidae, Rachoporidae,
( Pough et. al.,1998)
Ada
5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae,
Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai
kelima famili tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bufonidae
Famili
ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar
dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan
terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal.
Sacral
diapophisis melebar. Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak
memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan
dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara
eksternal.
Famili ini terdiri dari 18 genera dan kurang lebih 300
spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain:
Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne
borbonica. ( Eprilurahman, 2007 )
b. Megophryidae
Ciri
khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di
atas matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada
umumnya famili ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek
sehingga pergerakannya lambat dan kurang lincah.
Gelang bahu
bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu
terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan
air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana
dan Leptobranchium hasselti. ( Eprilurahman, 2007)
c. Ranidae
Famili
ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping.
Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk
membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang
berbintil.
Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak
ada pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti
parut di bagian maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi
secara eksternal dan bersifat ovipar.
Famili ini terdiri dari 36
genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii,
Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya
limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana. ( Eprilurahman,
2007 )
d. Microhylidae
Famili ini anggotanya berukuran
kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan dengan
tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa
genus tidak mempunyai gigi.
Karena anggota famili ini diurnal,
maka pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal.
Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina. ( Eprilurahman, 2007)
e. Rachoporidae
Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil.
Tipe
gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut.
Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak
dengan ovipar dan fertilisasi secara eksternal. ( Eprilurahman, 2007)
Habitat dan Persebaran
Amphibi
muncul pada pertengahan periode Jura, pra era Paleozoik sebagai
vertebrata yang tertua. Kebanyakan Amfibi adalah hewan tropis, karena
sifatnya yang poikiloterm atau berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar
matahari untuk mendapatkan panas ke tubuhnya, karena tidak bisa
memproduksi panas sendiri.
Oleh karena itu banyak amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan sub tropis, termasuk di seluruh indonesia.
Amphibi
umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah
yang terdapat air tawar yang tenang dan dangkal. Tetapi ada juga
amphibi yang hidup di pohon sejak lahir sampai mati, dan ada juga yang
hidup di air sepanjang hidupnya.
Amphibi banyak ditemukan di areal sawah, daerah sekitar sungai, rawa, kolam, bahkan di lingkungan perumahan pun bisa ditemukan.
Reproduksi
Reproduksi
pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada
umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal
dilakukan di dalam perairan yang tenang dan dangkal.
Di musim
kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut dengan amplexus,
yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di punggung
betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku
tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel
telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya.
Amplexus bisa terjadi
antara satu betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan
sering terjadi persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang
paling lama bertahan dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya.
Amphibi
berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga
beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda.
(Duellman and Trueb, 1986)
Tambahan:
Hidup
di dua tempat, bernafas dengan insang dan paru-paru, suhu badan
poikiloterm, berkembangbiak bertelur dan pembuahan di luar tubuh
(eksternal). Contoh : katak pohon, salamander
Tidak ada komentar:
Posting Komentar