Kamis, 30 Mei 2013

Komunikasi ala Bayi Kura Kura



Spesies kura kura sungai Australia atau Emydura macquarii meletakkan sekumpulan telur di pasir di pinggir sungai. Telur yang berada di bawah perkembangannya lebih lambat dari pada telur yang ada yang di bagian atas. Tapi semua telur itu menetas bersamaan. Sepertinya embrio kura kura ini mampu mencocokkan penetasan mereka untuk mencegah salah satu dari kura kura ini muncul sendirian.
Ricky-John Spencer, peneliti dari University of Western Sydney di Australia penasaran dengan fakta tersebut. Ia menduga kalau telur telur kura kura tersebut “saling bicara” terlebih dahulu sebelum menetas. Untuk memperkuat & membuktikan dugaannya, ia kemudia merancangsuatu percobaan. Spencer membagi sejumlah telur kura kura Emydura macquarii menjadi dua bagian. Satu bagian telur diinkubasi dengan suhu lebih yang tinggi, sedangkan satu bagian lain diinkubasi dengan suhu yang lebih rendah. Mereka kemudian menyatukan telur setelah seminggu dan menganalisis tingat jantung embrio dan tingkat metabolisme. Selama sepertiga terakhir dari periode inkubasi, embrio yang lebih dingin mempercepat detak jantung dan metabolisme serta menetas dalam beberapa hari dari yang lebih hangat. Mereka meningkatkan perkembangan pada dasarnya secara independen terhadap suhu dan memungkinkan mereka untuk menetas lebih awal. Hasilnya kedua bagian telur tetap menetas dalam waktu yang bersamaan. Saat disatukan, telur yang lebih lambat perkembangannya sepertinya ‘mengejar waktu untuk menetas’ sehingga bisa menetas di waktu yang sama. Sepertinya bayi kura kura dapat berkomunikasi satu sama lain sebelum mereka menetas dan dapat mengatur untuk muncul dari telur mereka pada waktu yang sama. Hal ini diyakini pada kura kura yang belum menetas, yang terletak di dalam sarang yang tertutup, kemungkinan bisa merasakan getaran jantung masing masing atau mendeteksi gas yang dipancarkan dari napas. Para peneliti dari University of Western Study mengatakan posisi embrio di bawah sarang, dimana suhu lebih rendah sehingga memiliki mekanisme ‘mengejar ketertinggalan’ yang memungkinkan mereka mengatasai masa inkubasi yang lama. Tapi sifat yang tepat dari mekanisme tersebut tetap tidak diketahui. Mereka  mungkin mengisyaratkannya di detak jantung, mereka semua menyentuh satu sama lain dalam sarang, sehingga mungkin ada getaran di sana. Sebuah lingkungan sarang dengan banyak rongga tertutup, di mana pertukaran gas mungkin menjadi isyarat ketika mereka bernafas.
Menurut Spencer, kedua bagian telur itu kemungkinan melakukan komunikasi secara kimia. Telur itu sebenarnya bernapas dan menghirup oksigen serta mengeluarkan CO2. Spencer menjelaskan bahwa telur yang lebih cepat perkembangannya akan mengeluarkan gas CO2 yang lebih banyak. Konsentrasi CO2 ini yang kemudian menjadi semacam panggilan sekaligus pemicu agar telur lain bisa lebih cepat berkembang. Spencer juga  menjelaskan bahwa menetas bersama sangat penting bagi kesintasan penyu. Hal ini akan memastikan bahwa individu yang rentan akan terlindungi dari predator, mereka memiliki teman yang melindungi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar