Jumat, 31 Mei 2013
Pig Nosed Turtle, populasinya menurun drastis
Populasi kura-kura hidung babi atau pig nosed turtle menurun jauh dalam 30 tahun terakhir ini di daerah Papua. Jumlah kura-kura ini turun drastis karena dikonsumsi daging dan juga telurnya. Hal inilah yang membuat spesies ini terlalu banyak diburu dan ditangkap penduduk setempat.
Kura kura hidung babi atau moncong babi ini dianggap unik dan dijadikan ikon konservasi internasional karena tidak memiliki kerabat dekat lain dan dianggap sebagai kura-kura yang paling bisa menyesuaikan diri untuk hidup di kolam dan sungai air tawar. Selain itu, alasan kenapa Kura-kura hidung babi dianggap unik dan lain dari yang lain jika dibandingkan dengan spesies kura-kura air tawar lainnya adalah karena morfologi, ekologi dan tingkah lakunya. Salah satu contoh keunikannya adalah embrio kura-kura moncong babi bisa tumbuh menjadi kura kura jantan atau betina dengan bergantung pada suhu daratan saat telur dierami, sementara embrio yang sudah tumbuh baik dapat menunda penetasannya.
Kura-kura hidung babi juga memiliki posisi yang unik di pohon keluarga kura-kura, karena spesies ini adalah satu-satunya kura kura yang bisa bertahan hidup dari keluarga kura-kura Carettochelyidae. Tempat hidupnya sangat terbatas karena hanya bisa ditemukan di Australia utara dan pulau Papua Nugini. Tapi meskipun hidup di air tawar, reptil ini juga mirip dengan penyu atau kura-kura laut. Sama seperti penyu atau kura-kura laut, lengannya berbentuk dayung, tapi tetap memiliki jari jari yang bisa bergerak.
Para peneliti mencatat penduduk Papua memburu dan menangkap lebih dari 95% kura kura dari sarang yang sedang diamati. Selain itu, bentuk tubuh kura-kura moncong babi betina juga rata-rata menjadi lebih kecil. Kura kura yang lebih besar diambil dari populasi yang hidup di alam. Umur atau harapan hidup spesies ini sangat menurun.
Tim juga menemukan lebih 160 kura-kura betina dewasa dipanen di kawasan yang diamati. Secara umum diperkirakan penurunan populasi adalah lebih dari 50% sejak tahun 1981. Penurunan ini kemungkinan terjadi di banyak tempat karena spesies ini mengalami tekanan yang sama di tempat tempat lain selain di Papua.
Kura kura hidung babi adalah kura-kura yang paling banyak dieksploitasi di Papua karena penduduk sangat suka memakannya. Baik kura-kura maupun telurnya dikumpulkan untuk diperdagangkan dan dikonsumsi sendiri oleh penduduk.
(Leucistic Pig nose turtle white variant)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar