Jumat, 31 Mei 2013

Bahan Kimiawi Menjadi Ancaman Bagi Penyu Belimbing


Sebuah penelitian yang aktif menganalisa tentang penyu jantan menggunakan satelit pelacakan terkait polutan geografis mengungkap fakta kimia buatan manusia mengancam keberadaan penyu belimbing. Riset yang diterbitkan di Environmental Toxicology and Chemistry ini menganalisis tingkat kimia dalam darah penyu. Risiko yang ditimbulkan bahan pencemar organik persisten (POPs) yang sebagian besar merupakan misteri adalah pengancam kehidupan penyu laut. Pemahaman yang jelas akan risiko ini sangat penting bagi pengelola satwa liar yang berusaha memelihara kesehatan reproduksi individu & kehidupan secara keseluruhan secara aktif dan berkelanjutan.
Sebanyak 29 ekor penyu ditangkap di Port Canaveral, Florida dan dipasang pemancar satelit sebagai bagian proyek Dinas Kelautan Perikanan Nasional. Darah penyu dianalisa untuk melacak pestisida organoklorin (OCP), polychlorinated biphenyls (PCB), eter difenil bifenil (PBDEs) dan toxaphenes, bahan kimia yang memiliki efek karsinogenik dan perkembangan saraf. Dari 29 penyu, 19 penyu dianalisa untuk mengetahui kadar POPs dan dipisah menjadi dua kelompok dan diawasi selama 60 hari. Sebanyak 10 kura-kura pergi ke utara di sepanjang pantai Atlantik Amerika Serikat (AS) dan akhirnya sampai di perairan New Jersey-South Carolina. Sementara itu, sembilan penyu tetap tinggal di Cape Canaveral.  Data pelacakan mengungkap, individu yang bermigrasi ke utara setelah musim kawin memiliki konsentrasi plasma darah POPs dan membuat mereka berisiko tinggi terkena efek toksik dibanding penyu yang tinggal di Florida.  Penyu yang bermigrasi menghadapi keracunan kumulatif akibat pencemar yang menyusup pada rantai makanan mereka melalui spesies mangsa penyu, termasuk kepiting.  Meski penyu terdaftar sebagai spesies terancam selama lebih dari 30 tahun, baru saat ini para peneliti bisa memulai memeriksa efek bahan kimia buatan manusia pada hewan-hewan di alam liar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar