Jumat, 31 Mei 2013

Penyu Penyu di Ambang Kepunahan


Penyu belimbing (Dermochelys coriacea), salah satu spesies penyu yang dimiliki Indonesia, ternyata bermigrasi dan mencari makan di area yang luas dari Samudera Pasifik dan Laut Indo Pasifik. Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat, berhasil mengumpulkan data dari 126 penyu belimbing dilacak oleh satelit. Para peneliti membuat pemahaman yang lebih baik bagaimana fitur oseanografi memberi pengaruh terhadap migrasi penyu belimbing dan perilaku mereka dalam mencari makan.
Penyu belimbing adalah penyu yang terbesar dari semua jenis penyu. Turunnya populasi penyu belimbing di Pasifik disebabkan oleh antara lain panen telur penyu serta penangkapan. Beberapa populasi terakhir yang tersisa ditemukan di Pasifik Barat di Indonesia, Kepulauan Solomon, dan Papua Nugini. Penyu belimbing betina bertelur di pantai tropis sebelum bermigrasi mencari makan ubur-ubur. Penyu belimbing bepergian hingga ke pantai barat AS, termasuk California dan  melintasi Pasifik.
Penyu belimbing telah bertindak sebagai duta internasional, memimpin kita untuk bergabung dengan mitra di kedua sisi Pasifik dalam upaya bersama untuk melestarikan penyu belimbing. Melindungi penyu belimbing menjadi prioritas NOAA karena terdaftar sebagai hewan terancam punah di bawah Endangered Species Act pada tahun 2000. Penyu yang bersarang di Papua Barat, Papua Nugini, dan pulau-pulau lain di wilayah kita, tergantung pada sumber makanan di perairan yang dikelola oleh banyak negara lain. Kerja sama ini penting untuk melindungi penyu belimbing di daerah-daerah mencari makan sehingga upaya konservasi pantai tempat bersarang penyu kita bisa efektif.
Selain penyu belimbing, penyu hijau juga mengalami penurunan populasi & akan terancam punah. Direktur Yayasan CIKAL Lampung, menyatakan bahwa populasi penyu hijau di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, terancam punah karena banyaknya perburuan. Selain itu, lingkungan yang menjadi habitat tempat bertelur hewan itu juga rusak. Habitat tempat penyu bertelur biasanya di Teluk Kiluan, Kelumbayan, Tanggamus. Tapi sekarang sudah sangat jarang terlihat keberadaan penyu penyu tersebut. Banyaknya perburuan dan pencurian telur hewan yang tergolong langka ini menyebabkan populasinya terus mengalami penurunan bahkan nyaris punah.
Saat ini populasi penyu hijau sudah sangat minim, sehingga perlu perhatian khusus dari seluruh elemen masyarakat, agar dapat menjaga serta melestraikan hewan langka di dunia itu. Penyu hijau saat ini lebih banyak ditemui di wilayah pesisir Kabupaten Lampung Barat, sedangkan untuk daerah Tanggamus sudah sangat jarang ditemui. Sebelumnya kawasan Teluk Kilauan merupakan tempat atau habitat hewan itu untuk bertelur. Tapi seperti di Tanggamus, penyu hijau kini juga sudah sangat jarang dijumpai di perairan Teluk Kiluan, padahal menurut kepala desa setempat dulu jenis penyu ini sangat mudah ditemui. Pada tahun 2003-2004 memang pernah terjadi penangkapan massal penyu hijau di daerah ini untuk dibawa ke Pulau Bali. Setelah penangkapan besar besaran itu, populasinya terus menurun. Padahal sekitar tahun 2007 sempat dilakukan penangkaran penyu hijau di Teluk Kiluan. Tapi upaya penangkaran tersebut tidak berjalan maksimal. Di daerah perairan Teluk Kiluan juga sebenarnya terdapat penyu belimbing (Dermochelys coriacea) tapi lagi lagi populasi penyu belimbing di daerah inipun kini semakin berkurang. Keberadaan spesies ini terancam oleh perburuan telur dan perikanan komersial.
Sedikit kabar bagus, baru baru ini Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) menampakkan diri di salah satu pantai di Sumatera. Penyu yang sangat langka dan tergolong paling terancam punah ini dijumpai oleh Khairul Amra, anggota grup konservasi lokal yang mengatakan bahwa ia menjumpai penyu itu selama akhir pekan sebelum penyu itu kembali ke air. Khairul mengatakan, ia menjumpai penyu tersebut bersama lusinan telur yang diletakkan penyu itu di pesisir pantai.
Ini untuk ketiga kalinya para ahli menjumpai penyu jenis tersebut di pantai yang sama. Penyu belimbing adalah spesies yang telah mengembara lautan selama 100 juta tahun. Kini jumlah penyu belimbing diperkirakan hanya sekitar 30.000 ekor. Spesies yang ditemui di Sumatera ini memiliki ukuran sekitar 3 meter. Ukuran ini adalah ukuran maksimal penyu belimbing dewasa.

Penyu Hijau di Bali


Penyu laut adalah salah satu binatang yang dilindungi oleh UU Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya. Terkait dengan UU tersebut pemerintah sudah menetapkan enam jenis penyu yang tidak boleh diburu dan dikonsumsi. Di antaranya penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu tempayan (Caretta caretta), penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dan penyu pipih (Natator depressus).
Di Pulau Bali, tepatnya di Tanjung Benoa terdapat pusat penangkaran penyu di Bali. Untuk berkunjung ke penangkaran ini pengunjung diminta untuk memberikan dana secara sukarela yang tujuannya untuk membantu pemeliharaan berbagai binatang yang ada di tempat ini khususnya penyu.
Penyu hijau merupakan jenis penyu yang banyak terdapat di Pulau Bali. Penyu jenis ini pula yang ditangkarkan di Pulau Penyu yang memiliki kurang lebih 5 tempat penangkaran penyu. Tempat ini dikelola para nelayan di kawasan Tanjung Benoa secara sukarela dan swadana. Pernah juga mendapat bantuan dari World Wild Foundation (WWF) tetapi tidak berlangsung lama.
Penyu hijau memakan rumput laut, penyu dewasa yang sudah berumur lebih dari 10 tahun bisa menghabiskan satu karung rumput laut setiap harinya. Tidak sedikit biaya yang dikeluarkan oleh para nelayan karena rumput laut tersebut harus dibeli hingga para nelayan perlu bantuan dana dari pengunjung. Setiap penangkaran memiliki lebih dari 30 penyu dewasa dan beberapa penyu kecil (tukik).
Penyu hijau banyak diburu oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab karena daging penyu hijau dapat dikonsumsi. Selain itu cangkang penyu juga dapat dimanfaatkan untuk hiasan dan souvenir. Untuk melindungi dan menyelamatkan penyu hijau dari kepunahan, pemerintah melarang perburuan dan konsumsi jenis penyu ini. Tapi untuk kepentingan tertentu seperti upacara Pedudusan Agung dan Macaru di Bali yang masih harus membutuhkan penyu hijau sebagai pelengkap upacara, hal ini masih diperbolehkan. Tapi masyarakat yang akan menggunakan penyu untuk upacara ini harus menunjukkan surat rekomendasi dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali yang menyatakan kalau yang bersangkutan membutuhkan penyu untuk keperluan upacara dan harus mendapat persetujuan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Data PHDI Bali menyebutkan, kebutuhan penyu untuk upacara di Pulau Bali hanya sekitar 110 ekor per tahun. Berdasarkan kesepakatan PHDI Bali, penyu yang akan digunakan untuk upacara tidak boleh diambil langsung dari alam dan penyu yang dipilih adalah penyu yang masih kecil yang berukuran sekitar 40 cm.

Dampak pemanasan global pada penyu laut


Diperkirakan, tahun 2070, pasir di pantai akan menjadi sangat panas dan kemungkinan besar akan membuat telur telur penyu ‘matang’ dan ini berarti fenomena alam ini berpotensi mengahncurkan populasi penyu laut. Selain itu, kenaikan permukaan laut juga merupakan ancaman yang serius dalam waktu dekat ini, yaitu sekitar tahun 2030.
Saat penyu laut naik ke darat untuk bertelur, mereka mengahdapi 3 ancaman serius dari perubahan iklim yaitu: siklon, air pasang & suhu yang memanas.
Para peneliti memperkirakan dari sekarang hingga tahun 2030, kenaikan garis pantai akan membahayakan daratan tempat penyu bertelur. Dan ditambah lagi, di tahun 2070, pasir di banyak daerah akan sangat panas hingga telur penyu tidak akan bisa bertahan.
Para ahli merasa pasti dengan dampak pemanasan pantai. Suhu pasir menentukan rasio jenis kelamin penyu.Dengan kenaikan suhu, akan menetas lebih banyak penyu betina. Suhu yang lebih hangat juga mengurangi keberhasilan penetasan & menghasilkan tukik yang cacat, sedangkan suhu diatas 33 derajat celcius mengakibatkan telur mati.
Membangun tempat tempat teduh di pantai, menanam tanaman di seanjang pantai atau merelokasi telur ke tempat yang lebih dingin kemungkinan strategi yang baik untuk melindungi teur telur ini dari pemanasan yang berlebihan. Temuan ini dapat membantu memprioritaskan upaya konservasi. Untuk jangka panjang, pengurangan dampak dari kenaikan permukaan air laut tidak terlalu jadi masalah karena peningkatan suhulah yang akan menyebabkan sebagian besar kerusakan. Tapi rasanya tidak semudah itu. Daratan tempat bertelur kemungkinan akan berpindah dengan cara yang tidak bisa diantipasi oleh ilmu pengetahuan karena kenaikan permukaan laut.
Tapi beberapa ancaman yang dihadapi berbeda beda di tiap daerah. Di Karibia, banyak terdapat pembangunan di pesisir pantai. Jika permukaan laut naik & ada bangunan bangunan di belakangnya, laut tidak akan berpindah kemanapun.
Penyu laut sudah ada sejak dulu, dan mereka selalu beradaptasi dengan perubahan iklim. Penyu laut memiliki kemampuan biologis untuk beradaptasi. Tapi sekarang penyu laut jauh lebih

Kenalan sama penyu laut yuukkk..


Penyu laut adalah salah satu binatang purba yang masih bisa bertahan hidup sampai saat ini.  Sejak periode jaman Jura sekitar 145 sampai dengan 208 juta tahun yang lalu, hewan cantik ini sudah ada. Bentuk tubuh dan cara hidupnya saat jaman Jura juga sama dengan penyu yang biasa kita jumpai sekarang ini.
Bentuk fisik pentyu tidak berubah dari dulu, penyu laut memiliki empat kaki, dua kaki depan berguna untuk mendayung saaat penyu sedang berada di dalam laut. Sedangkan dua kaki lagi yang terletak di belakang berguna sebagai pendorong tubuh penyu agar bisa bergerak maju. Tapi saat berada di darat, fungsi dua pasang kaki ini tidak berbeda dengan fungsi kaki binatang lainnya yaitu untuk berjalan.
Keistimewaan penyu laut ini adalah tempurung kerasnya yang berada di pungung dan menutupi semua bagian tubuhnya kecuali kepala dan keempat  kakinya. Saat ada serangan dari musuh, hewan ini akan sembunyi di dalam tempurungnya. Kaki dan kepalanya akan ditarik masuk ke dalam tempurungnya untuk melindungi bagian tubuhnya yang lunak itu. Setelah merasa keadaan sudah aman, penyu akan mengeluarkan kaki dan kepalanya lagi. Bentuk dan warna serta pola tempurung yang dimiliki oleh penyu laut sangat bermacam-macam tergantung dari jenis jenisnya, karena tiap jenis penyu memiliki ciri khas tempurung tersendiri.
Habitat asli penyu laut ini tentu saja di laut lepas. Walaupun menghabiskan sebagian besar hidupnya di lautan, hewan yang berjalan merangkak ini juga harus naik ke permukaan atau ke daratan untuk mengambil udara untuk bernafas karena alat pernafasan penyu bukanlah insang tapi paru paru, hingga penyu laut tidak bisa bernafas di dalam laut.
Cara berkembang biak penyu laut adalah dengan bertelur. Saat penyu laut merasa telurnya sudah siap dikeluarkan, penyu laut akan naik ke darat dan mencari tempat yang akan dipakai untuk menyimpan telur telurnya.Lokasi penyimpanan telur yang paling disukai biasanya adalah tempat yang berpasir atau sedikit berlumpur yang bisa dengan mudah menyerap panas dari sinar matahari. Setelah menemukan lokasi yang dirasa bagus, kura-kura akan menggali dan membuat lubang dengan kaki depannya. Kemudian penyu akan mulai bertelur di dalam liang yang sudah digalinya. Setelah selesai bertelur, penyu laut akan mengubur telur telurnya dengan pasir hingga semuanya tersembunyi & meninggalkan telur telurnya untuk kembali ke laut. Bentuk telur dari kura kura laut ini juga bermacam-macam,ada yang lonjong seperti telur ayam atau itik, ada juga yang berbentuk bulat seperti bola ping pong, tapi warna telur penyu yang baik dan sehat selalu putih bersih. Telur telur penyu yang terkubur itu akan menetas dengan sendirinya tanpa perlu dierami atau ditunggui oleh induk penyu. Beberapa waktu kemudian telur telur penyu tersebut akan menetas dan tukik tukik penyu yang keluar dari telur telur telur tersebut secara naluriah akan menuju ke laut seperti induknya, namun akan hidup sendiri sendiri dan tidak bergerombol.

 

Untuk mencapai usia dewasa atau usia yang cukup untuk kawin, penyu laut butuh waktu yang sangat lama. Perkembang biakannya juga termasuk lambat jika dibandingkan dengan hewan hewan lainnya. Hal ini jugalah yang membuat populasi penyu laut di seluruh dunia makin menurun selain hewan laut ini juga banyak diburu oleh manusia untuk dikonsumsi daging maupun telurnya. Sedangkan tukik tukik penyu dari telur telur yang sudah berhasil menetas juga sering menjadi incaran binatang lain untuk dimakan dalam perjalanannya menuju ke laut. Di dalam lautpun masih menanti predator tukik tukik penyu lucu ini. Tapi sekarang semakin banyak organisasi atau lembaga lembaga lingkungan hidup yang melakukan kegiatan untuk mengembang biakan penyu penyu ini lewat sistem penangkaran.

Alligator Snapping Turtle

Alligator Snapping Turtle
Meskipun kemiripan antara common snapping turtles (Chelydra serpentine) and alligator snapping turtles (Macrochelys temminckii) sudah jelas terlihat, keduanya sebenarnya sepupu jauh dan juga memiliki perbedaan yang sangat jelas. Alligator snapping turtles lebih memilih tempat tinggal di sungai yang lebih dalam dengan aliran air yang lumayan deras, tapi kadang-kadang alligator snapping turtles  juga dapat ditemukan di danau.
Tempurung tukik alligator snappers memiliki kerutan yang mirip dengan common snapper, tetapi proses untuk mendapatkan tempurung yang ‘rapi’ jauh lebih berlarut-larut, dan alligator snappers memiliki tiga ‘rangka’ yang akan terus ada sampai mereka tua. Sederet sisik menebal supramarginal terbentang di sepanjang sisi sisi karapas. Di antara semua spesies penyu air tawar di Amerika Utara, tempurung alligator snappers sangat unik. Leher alligator snappers cukup pendek untuk standar penyu, tetapi kepala alligator snappers besar, dengan rahang yang juga besar. Dan tentu saja, ada karakteristik yang paling terkenal dari alligator snappers: terdapat tambahan ‘daging’ yang mirip cacing di ujung lidah yang digunakan untuk memancing ikan. Ukuran Alligator snappers dewasa rata rata 24 inci.  Diperkirakan Alligator snappers bisa hidup hingga 150 tahun.
Alligator snappers tidak terlalu suka berjemur, tapi Alligator snappers  yang masih kecil lebih suka tidur pada sebagian obyek yang terendam. Jadi meskipun sebuah tempat berjemur tidak diperlukan, konstruksi yang memungkinkan Alligator snappers untuk memanjat ke permukaan harus disediakan. Lampu ultraviolet tidak diperlukan, tetapi untuk mengahasilkan metabolisme kalsium yang cukup, makanan yang bervariasi termasuk suplemen vitamin D harus disediakan. Sekarang banyak yang menjual pelet untuk makanan Alligator snappers yang mengandung cukup vitamin D. Ini lebih baik emngingat suplemen yang berbentuk bubuk akan terurai di dalam air.
Alligator snappers lebih cenderung bersifat karnivora ketimbang common snapper, tetapi  Alligator snappers juga mengkonsumsi sayuran dalam jumlah tertentu. Alligator snappers makan berbagai macam makanan kura kura seperti jangkrik, ulat bambu, udang kecil, cacing tanah juga ikan kecil yang masih hidup. Jika diberi makan ikan hidup, kemungkinan kita akan bisa melihat Alligator snappers ‘memancing’ ikan menggunakan umpan ujung lidahnya saat mencoba menangkap & memakan ikan kecil. Alligator snappers juga suka makan anggur. Walaupun tukik Alligator snappers tidak menghiraukan makanan berbentuk pellet, kebanyakan bisa disapih pellet saat Alligator snappers beranjak remaja.
 

 


 
 

East Asian Giant Softshell Turtle

 

Setelah bertahan hidup selama ribuan tahun di danau danau AsiaTenggara, kura kura tempurung lunak raksasa Asia Timur kemungkinan akan menghadapi kepunahannya. Anggota terakhir dari spesies ini hidup di Danau Hoan Kiem. Spesialis reptil yang mengamati kura kura ini menyatakan bahwa tahun ini kura kura ini akan jadi kura kura terakhir dari jenisnya jika tidak dikawinkan. Kura kura jenis ini sangat jarang dan diperkirakan sudah berada di ambang kepunahan.
Penyu air tawar (bulus) & kura kura di Asia cenderung terancam punah oleh karena berbagai macam ancaman, seperti untuk dikonsumsi, dijadikan koleksi & diperdagangkan untuk hewan peliharaan.
Kira kira dari 90 spesies kura kura air tawar yang ada di Asia Selatan, Asia Timur, Asia Tenggara dan New Guinea, lebih dari sepertiganya terdaftar sebagai hewan yang rentan, dilindungi & terancam punah di World Conservation Union’s 1996 Red List of Threatened Species
Kura kura Asia seperti mendapat ‘kabar baik’ saat pemerintah Cina yang notabene negara dengan pasar terbesar untuk perdagangan kura kura (untuk obat & konsumsi), melarang import semua jenis kura kura dari Kamboja, Thailand & Indonesia pada tahun 2001.

 
 
 

Leopard Tortoise (Geochelone pardalis)

High Yellow Leopard Tortoise 

Leopard Tortoise (Geochelone pardalis), gampang banget dikenali karena bentuk badannya yang unik & juga pola di tempurungnya yang cantik.Tempurung kura kura ini sangat menonjol karena biasanya memiliki tinggi lebih dari setengah panjang tubuhnya. Nama ‘Leopard’ diberikan pada kura kura ini karena warna & pola pada tempurungnya yang menyerupai warna leopard. Leopard tortoise dewasa bisa mencapai berat 43 kilo tapi yang biasa ditemukan ‘hanya’ berkisar antara 10 hingga 15 kilo dengan panjang 40 hingga 50 cm.
Kura kura ini terdiri dari 2 subspecies, Geochelone pardalis pardalis dan Geochelone pardalis babcocki, dan hal yang paling membedakannya adalah pola tempurung kura kura muda. G. p. pardalis yang masih muda bisa dikenali dari bintik yang banyak di bagian tengah tempurungnya, sedangkan G. p. babcocki akan memiliki bermacam variasi dari tidak ada bintik, hanya satu bintik hingga satu bintik yang menyambung pada perbatasan tempurungnya. Tapi karakteristik ini tidak bisa dipakai untuk identifikasi yang pasti karena jangkauan luas dan populasi leopard tortoise yang tumpang tindih. Jadi untuk saat ini, hanya ada satu spesies kura-kura yang kenali sebagai Leopard Tortoise yaitu Geochelone pardalis.

 
 

Bog Turtle


Bog turtle adalah spesies kura kura yang terrestrial. Karena berkurangnya habitat kura kura ini, populasi bog turtle menurun drastis. Karena selain berkurangnya habitat aslinya, kura kura ini juga diperjual belikan sebagai hewan peliharaan & untuk dikonsumsi. Untuk memelihara hewan ini, tempat yang memadai sangatlah penting. Satu ekor atau sepasang kura kura bisa dipelihara dalam aquarium berukuran 40 galon minimal, dan jika ada ukuran aquarium yang lebih besar akan lebih baik lagi. Kebersihan juga penting untuk pertumbuhan & kesehatan kura kura ini. Kandang harus dibersihkan secara rutin.
Untuk idealnya, di dalam aquarium bisa diberikan beberapa  tempat datar yang menonjol di atas air di bagian tengah aquarium. Suhu yang hangat, terutama di area tempat kura kura ini berjemur adalah hal lain yang penting. Kebanyakan kura kura menyukai berjemur di suhu antara 84 hingga 94 derajat Fahrenheit. Suhu air yang berada di antara 72 hingga 80 derajat Fahrenheit akan sangat baik bagi bog turtle ini. Untuk makanannya, jangan lupa untuk memberikan suplemen & vitamin tambahan seperti  Vitamin D dan sulemen kalsium, gunakan juga pencahayan dengan full spectrum karena ini juga bisa mempengaruhi kesehatan bog turtle. Jika dipelihara dengan benar & disediakan makanan bergizi secara teratur & fasilitas kandang yang baik & bersih, bog turtle akan tumbuh dengan sehat.

 
 



 
 

 

Kura kura bermuka dua

Bukan kura kura muka tipu, tapi kura kura yang kepalanya ada dua. Setelah ada bayi kura kura berkepala dua di pembiakan Water World, Anhui, Cina Selatan, di Turki ditemukan lagi kura kura berkepala dua. Kura kura ini ditemukan dibelakang rumah warga di Manisa, sebelah timur provinsi Izmir, Turki. Diperkirakan kura-kura tersebut baru berumur satu bulan. Memang spesies kura-kura tersebut jarang ditemukan di alam alam terbuka. Kura kura tersebut langsung dibawa ke cagar alam untuk dipelihara disana. Kura kura berkepala dua juga pernah ditemukan di Havana, Kuba. Salah satu toko hewan di Philadelphia juga pernah memamerkan kura kura berkepala dua yang didapat dari kolektor setempat. Sama halnya dengan yang di Pensylvania.. Wah, biarpun mulai banyak, tetep aja kura kura berkepala dua hewan yang unik..


Bahan Kimiawi Menjadi Ancaman Bagi Penyu Belimbing


Sebuah penelitian yang aktif menganalisa tentang penyu jantan menggunakan satelit pelacakan terkait polutan geografis mengungkap fakta kimia buatan manusia mengancam keberadaan penyu belimbing. Riset yang diterbitkan di Environmental Toxicology and Chemistry ini menganalisis tingkat kimia dalam darah penyu. Risiko yang ditimbulkan bahan pencemar organik persisten (POPs) yang sebagian besar merupakan misteri adalah pengancam kehidupan penyu laut. Pemahaman yang jelas akan risiko ini sangat penting bagi pengelola satwa liar yang berusaha memelihara kesehatan reproduksi individu & kehidupan secara keseluruhan secara aktif dan berkelanjutan.
Sebanyak 29 ekor penyu ditangkap di Port Canaveral, Florida dan dipasang pemancar satelit sebagai bagian proyek Dinas Kelautan Perikanan Nasional. Darah penyu dianalisa untuk melacak pestisida organoklorin (OCP), polychlorinated biphenyls (PCB), eter difenil bifenil (PBDEs) dan toxaphenes, bahan kimia yang memiliki efek karsinogenik dan perkembangan saraf. Dari 29 penyu, 19 penyu dianalisa untuk mengetahui kadar POPs dan dipisah menjadi dua kelompok dan diawasi selama 60 hari. Sebanyak 10 kura-kura pergi ke utara di sepanjang pantai Atlantik Amerika Serikat (AS) dan akhirnya sampai di perairan New Jersey-South Carolina. Sementara itu, sembilan penyu tetap tinggal di Cape Canaveral.  Data pelacakan mengungkap, individu yang bermigrasi ke utara setelah musim kawin memiliki konsentrasi plasma darah POPs dan membuat mereka berisiko tinggi terkena efek toksik dibanding penyu yang tinggal di Florida.  Penyu yang bermigrasi menghadapi keracunan kumulatif akibat pencemar yang menyusup pada rantai makanan mereka melalui spesies mangsa penyu, termasuk kepiting.  Meski penyu terdaftar sebagai spesies terancam selama lebih dari 30 tahun, baru saat ini para peneliti bisa memulai memeriksa efek bahan kimia buatan manusia pada hewan-hewan di alam liar.

Migrasi penyu laut



Penyu laut dapat bermigrasi ribuan mil di lautan tanpa petunjuk apapun. Penyu pada umumnya bermigrasi dengan jarak yang cukup jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Misalnya jarak 3.000 kilometer dapat ditempuh hewan yang bernapas dengan paru-paru itu dalam waktu 58 – 73 hari. Kok ngga tersesat ya?
Penyu loggerhead, spesies penyu laut, dapat menentukan garis bujur dengan menggunakan dua set isyarat magnetik, seperti kompas. Sebelumnya, sejumlah jenis penyu diperkirakan hanya mampu menggunakan isyarat magnetik untuk menentukan lintang, dan diyakini tidak mampu mengenali garis bujur. Tapi, temuan ini mengejutkan para peneliti ketika mengembangkan suatu metode yang melibatkan kekuatan dan sudut medan magnet Bumi.
Bagian tersulit dari navigasi terbuka di laut bebas adalah menentukan posisi bujur dan arah timur-barat. Membutuhkan waktu berabad-abad untuk mengetahui garis bujur dalam perjalanan panjang mereka di laut. Namun, bagi penyu tempayan, migrasi ini harus ditempuh ketika mereka sampai ke laut dari sarang mereka di pinggir pantai. Saat mencapai pantai, tiap penyu kecil akan melewati kursus singkat untuk berenang di laut terbuka.
Bagaimana peneliti mengetahui bahwa penyu dapat mengenali garis bujur dengan isyarat medan magnet? Peneliti membawa sejumlah penyu tempayan dari laut Florida & menempatkan penyu penyu tersebut dalam wadah air melingkar dan ditambatkan sistem pelacakan elektronik untuk memantau arah berenangnya. Penyu2 itu kemudian dikenakan isyarat medan magnet yang direplikasikan di dalam kolam. Kedua isyarat itu ditempatkan di dua lokasi berbeda dengan pada garis lintang yang sama, namun di garis bujur yang berbeda sepanjang rute migrasi mereka.
Penyu tempayan bereaksi untuk tiap-tiap medan magnet dan berenang ke arah yang mereka tuju. Dalam kenyataan, arah itu sesuai dengan rute migrasi yang membentuk lingkaran. Dengan demikian, para peneliti menyimpulkan bahwa penyu dapat menentukan informasi bujur menggunakan medan magnet.

Penyu Paling Beruntung di Dunia


Penyu hijau yang ditemukan sekarat pada 25 Juni tahun lalu di pantai Amerika Serikat, mungkin bisa jadi kisah penyu yang paling menyentuh hati. Kondisi penyu yang diberi nama Andre ini mendekati kematian saat ditemukan, tapi Andre bisa bertahan, dan setelah menjalani proses operasi oleh dokter hewan Andre akhirnya dilepaskan lagi ke alamnya.
Saat ditemukan, Andre yang memiliki berat 81 kg memiliki lubang di cangkangnya akibat dua kali tabrakan dengan kapal. Lebih dari 1,5 kilogram pasir dan beberapa hewan kecil seperti udang yang terjebak ditemukan di dalamnya. Andre mengalami infeksi. Paru-parunya gagal berfungsi, terserang pneumonia dan tulang belakangnya terekspos. Tapi Andre bertahan karena sirip dan sistem sarafnya rupanya masih berfungsi normal. Andre ditarik dari pantai dan dibawa ke Loggerhead Marinelife Center oleh regu penyelamat. Setelah itu, tim dokter hewan memulai usahanya untuk menyelamatkan Andre. Seluruh langkah yang dilakukan merupakan terobosan baru dalam penyelamatan satwa dari kematian.
Untuk menghilangkan cairan dan material yang ada di dekat luka, tim dokter menggunakan sistem terapi vakum. Untuk menutup luka pada cangkang, tim dokter memakai kawat yang lazim dipakai merapikan gigi manusia. Lubang pada cangkang ditutup dengan metode menumbuhkan jaringan seperti yang dilakukan pada pasien penderita hernia.
Perjuangan Andre dan tim dokter mencapai puncak keberhasilan kemarin. Andre yang berusia 25 tahun ini dilepaskan di Juno Beach. Para relawan, tim dokter, guru sains dan kalangan lain menyaksikan momem mengharukan itu. Bersama-sama, mereka mengucapkan selamat berpisah dan mendoakan agar Andre mendapat kebahagiaan di lautan.
Saat pertama dilepaskan, Andre terlihat takut. Namun, dengan bantuan relawan, Andre akhirnya berani masuk ke lautan dan mulai berenang ke tengah. Sesaat kemudian, Andre menghilang dari pandangan ratusan orang yang menyaksikan pelepasannya. Ia hanya sesekali menyembulkan kepala ke permukaan laut.
Sayangnya, Nancy Mettee, dokter hewan yang merawat Andre, tak sanggup menghadiri pelepasan itu. Ia sulit melepaskan, apalagi membayangkan risiko yang akan dihadapi Andre di alam liar.
Kekuatan Andre dalam bertahan hidup telah menggugah banyak fans-nya. Sekitar 200 orang mengirimkan cek untuk menjadi orangtua angkat kehormatan Andre. Anak-anak membanjirinya dengan surat. Kartu ucapan dan catatan ditempelkan di dinding luar Loggerhead Marinelife Center, tempat 225.000 orang datang setiap tahunnya.
Mettee mengatakan, Andre adalah kura-kura ajaib dan terberkati. Andre sudah menaklukkan banyak hambatan, predator, kondisi kelaparan, musim dingin dan banyak hal yang bisa mengakhiri hidupnya tapi Andre selamat. Benar-benar penyu ajaib!
Namun bagi Andre, kebebasan berarti kesiapan menghadapi tantangan baru. Penyu hijau yang telah eksis sejak masa prasejarah banyak menghadapi tekanan akibat perusakan habitat dan kini hampir punah. Secara reproduksi pun, dari sekian banyak telur, hanya sedikit yang selamat menjadi anakan dan lebih sedikit lagi anakan yang bertahan hingga dewasa.

Percobaan "Perkawinan"



Seekor kura-kura raksasa jantan dari Galapagos yang berusia hampir 100 tahun akan coba dikawinkan untuk mendapatkan keturunan. Sebenarnya ‘perkawinan’ ini sudah yang ketiga kalinya. Sebelumnya, tahun 2008 & 2009 kura kura bernama George ini berhasil dikawinkan dan menghasilkan telur tapi telur gagal menetas. George tinggal di Taman Nasional dengan dua ekor betina dari spesies Geochelone becki selama kurang lebih 20 tahun. Untuk ‘perkawinan’ yang ketiga ini, George diberi 2 ekor pasangan baru yang didatangkan dari panish Island & berasal dari spesies Geochelone hoodensis. Dua ekor betina yang baru didatangkan itu sudah diteliti & dinyatakan lebih sesuai dan akan meningkatkan peluang menghasilkan keturunan. George adalah individu terakhir subspesies Geochelone nigra abingdoni yang tersisa di Galapagos. Sudah jelas usaha mengawinkan George ini adalah untuk melestarikan jenisnya. Mudah mudahan sukses ya..




Penyu berumur 100 tahun selamat dari luka parah


Sekitar 50 petugas penyelamat lingkungan menggunakan tiga jaring dan dua kapal motor untuk menyelamatkan seekor penyu yang diperkirakan berusia lebih dari 100 tahun.  Penyu raksasa ini kemudia menjalani perawatan supaya luka luka yang dideritanya bisa segera pulih. Ribuan orang di Hanoi menyaksikan proses penangkapan penyu yang kondisinya mengalami luka terbuka pada kepala dan lehernya. Dikatakan penyu seberat kurang lebih 200 kilo tersebut kemungkinan terluka akibat sampah dan polusi yang terdapat pada danau Hoan Kiem, kemungkinan lainnya adalah luka itu disebabkan karena jaring atau kail nelayan dan gangguan hewan lain. Meski mengalami luka yang lumayan parah, kondisi penyu sekarang ini dikabarkan stabil dan masih menjalani perawatan di sebuah pulau di sekitar Hanoi. Pulau kecil itu baru-baru ini diperluas dan dilengkapi dengan sebuah kolam kecil, dan dikenal dengan sebutan rumah sakit penyu, kata Ha Dinh Duc, yang telah mempelajari makhluk ini selama 20 tahun dan menganggap dirinya sebagai perawatnya.

Di Vietnam, penyu termasuk hewan yang dihormati karena dianggap sebagai symbol kemerdekaan. Usia penyu itu diperkirakan sekitar 100 tahun tapi warga setempat percaya penyu tersebut telah berusia 300 tahun. Masyarakat & pemimpin Vietnam sangat peduli akan masalah ini & menyatakan bahwa merawat penyu itu merupakan satu hal yang sangat penting. Akan sangat menyedihkan jika penyu itu tidak ada lagi alias punah dari danau Ho Guom atau danau Hoan Kiem.

Populasi Penyu menurun gara gara jamur


Javier Diéguez-Uribeondo dan Adolfo Marco dari Consejo Superior de Investigaciones Cientificas-CSIC Spanyol  mengatakan bahwa dalam tiga puluh tahun terakhir, mereka menyaksikan penurunan jumlah pantai tempat bertelur penyu laut di seluruh dunia. Meskipun ada banyak alasan atas dampak penurunan populasi penyu yang berkaitan dengan aktivitas manusia terhadap lingkungan pantai, diduga mikroorganisme patogen juga turut mempengaruhi penurunan populasi ini. Salah satu mikroorganisme pathogen penyebab penurunan populasi penyu ini adalah Fusarium solani, yaitu strain jamur kompleks yang terdistribusi lewat tanah dan dapat menyebabkan penyakit serius pada tanaman. Parasit yang sering ditemukan pada tanaman kentang ini diketahui telah menginfeksi paling sedikit 111 spesies tumbuhan dari 87 genre dan selain merusak tanaman ternyata dapat juga menyebabkan penyakit pada binatang yang mengalami gangguan sistem kekebalan.
Selama fase perkembangan janin, telur penyu terkubur dalam pasir yang hangat dan memiliki kelembapan tinggi, kondisi ini sudah tentu amat sesuai dengan pertumbuhan semua jenis jamur, termasuk jamur Fusarium solani. Telur yang terserang jamur itu sudah dapat dipastikan akan gagal menetas sehingga otomatis menyebabkan populasi penyu menurun tajam.
Dalam riset di Pulau Boavista, Cape Verde, di perairan Afrika Barat, tim Diéguez-Uribeondo mengamati populasi penyu loggerhead (Caretta caretta). Pulau Boavista adalah salah satu wilayah bertelur yang amat penting bagi spesies penyu loggerhead. Tim ini meneliti cangkang telur yang terinfeksi jamur, juga meneliti janin penyu yang mati dari lokasi bertelur di Pantai Ervatao, Joao Barrosa dan Curral Velho. Mereka menemukan 25 isolat F. solani yang berhubungan dengan kematian penyu penyu yang masih dalam telur. Studi ini mengungkap kalau strain F. solani bertanggung jawab atas gejala yang diamati oleh tim ini di pantai tempat penyu bertelur. Dan ini berarti menunjukkan bahwa infeksi dari jamur tersebut adalah ancaman serius bagi kelangsungan hidup spesies penyu loggerhead yang sudah terancam punah itu.

Pig Nosed Turtle, populasinya menurun drastis


Populasi kura-kura hidung babi atau pig nosed turtle menurun jauh dalam 30 tahun terakhir ini di daerah Papua. Jumlah kura-kura ini turun drastis karena dikonsumsi daging dan juga telurnya. Hal inilah yang membuat spesies ini terlalu banyak diburu dan ditangkap penduduk setempat.
Kura kura hidung babi atau moncong babi ini dianggap unik dan dijadikan ikon konservasi internasional karena tidak memiliki kerabat dekat lain dan dianggap  sebagai kura-kura yang paling bisa menyesuaikan diri untuk hidup di kolam dan sungai air tawar. Selain itu, alasan kenapa Kura-kura hidung babi dianggap unik dan lain dari yang lain jika dibandingkan dengan spesies kura-kura air tawar lainnya adalah karena morfologi, ekologi dan tingkah lakunya. Salah satu contoh keunikannya adalah embrio kura-kura moncong babi bisa tumbuh menjadi kura kura jantan atau betina dengan bergantung pada suhu daratan saat telur dierami, sementara embrio yang sudah tumbuh baik dapat menunda penetasannya.
Kura-kura hidung babi juga memiliki posisi yang unik di pohon keluarga kura-kura, karena spesies ini adalah satu-satunya kura kura yang bisa bertahan hidup dari keluarga kura-kura Carettochelyidae. Tempat hidupnya sangat terbatas karena hanya bisa ditemukan di Australia utara dan pulau Papua Nugini. Tapi meskipun hidup di air tawar, reptil ini juga mirip dengan penyu atau kura-kura laut. Sama seperti penyu atau kura-kura laut, lengannya berbentuk dayung, tapi tetap memiliki jari jari yang bisa bergerak.
Para peneliti mencatat penduduk Papua memburu dan menangkap lebih dari 95% kura kura dari sarang yang sedang diamati. Selain itu, bentuk tubuh kura-kura moncong babi betina juga rata-rata menjadi lebih kecil. Kura kura yang lebih besar diambil dari populasi yang hidup di alam. Umur atau harapan hidup spesies ini sangat menurun.
Tim juga menemukan lebih 160 kura-kura betina dewasa dipanen di kawasan yang diamati. Secara umum diperkirakan penurunan populasi adalah lebih dari 50% sejak tahun 1981. Penurunan ini kemungkinan terjadi di banyak tempat karena spesies ini mengalami tekanan yang sama di tempat tempat lain selain di Papua.
Kura kura hidung babi adalah kura-kura yang paling banyak dieksploitasi di Papua karena penduduk sangat suka memakannya. Baik kura-kura maupun telurnya dikumpulkan untuk diperdagangkan dan dikonsumsi sendiri oleh penduduk.

 (Leucistic Pig nose turtle white variant)


Radiata si tortoise cantik


Geochelone Radiata termasuk satwa yang terancam punah. Ini dikarenakan habitat alaminya yang berkurang, penangkapan untuk konsumsi dan juga eksploitasi untuk hewan peliharaan. Kura kura asal Madagaskar ini diperkirakan jumlahnya semakin menurun walaupun ekspor/impor untuk satwa ini sudah dilarang. Radiata memiliki bentuk tempurung (carapace) yang bundar dengan warna dasar yang gelap tapi dihiasi motif khas berwarna kuning terang. Garis garis kuning di tempurung radiata tersebar dari bagian tengah plat plat berwarna gelap yang ada di permukaan tempurungnya. Pola ini berbentuk seperti radiasi bintang, hal inilah yang kemudian menjadi nama ilmiah sekaligus nama popular dari kura kura ini. Pola dari kura kura radiata lebih rumit dan lebih mendetail dibandingkan dengan kura kura Indian Star.  Radiata bisa hidup hingga ratusan tahun jika dipelihara dengan benar. Beratnya bisa mencapai 16 kilogram dengan panjang tempurung hingga 40 cm. Meskipun keras, tempurung radiata bisa merasakan elusan atau sentuhan makhluk lain. Ini dikarenakan tempurung radiata dipenuhi oleh syaraf dan aliran darah seperti juga kura kura lainnya. Kaki dan kepala kura kura radiata kebanyakan berwarna kuning. Kadang akan muncul warna hitam di atas kepala dengan ukuran yang bervariasi.

Radiata adalah pemakan tanaman. 90% makanan yang mereka makan adalah sayur dan buah buahan. Di habitat aslinya radiata memakan kaktus opuntia yang masih muda karena lebih kaya protein dan lebih rendah kandungan seratnya. Sedangkan radiata yang dipelihara biasanya diberi makan ketela, wortel, pisang, melon, daun dan bunga sepatu, daun semanggi. Di habitat aslinya, kura kura ini selalu makan di lokasi yang sama secara berkala. Radiata lebih menyukai tinggal di daerah kering seperti padang savanna walaupun radiata mampu bertahan hidup di dua iklim yang berbeda. Radiata mampu hidup di tempat yang beriklim sangat basah karena curah hujan tinggi serta memiliki kelembaban yang tinggi, tapi radiata juga mampu hidup di daerah dengan kemarau panjang , kering & kelembaban yang rendah.
Jika ingin memelihara kura kura radiata, kita bisa melakukannya di dalam atau di luar ruangan. Jika ingin memelihara kura kura radiata di dalam ruangan (in door), sediakan kandang khusus kura kura yang berbentuk meja (tortoise table) dengan ukuran 240 x 120 cm. Lengkapi dengan tempat minum, tempat bersembunyi, lampu pemanas yang mengandung sinar UVB & vitamin D3 yang berfungsi untuk membantu proses metabolismenya. Sedangkan jika ingin memelihara radiata di luar ruangan (out door), bangun kandang sesuai ukuran yang ada, sediakan juga fasilitas tempat minum, tempat bersembunyi &  area yang ditumbuhi tanaman (akan lebih bagus jika ditanami tumbuhan yang menjadi makanan kura kura ini), Selain itu perhatikan juga keamanan kandang. Pastikan predator pemangsa tidak bisa masuk apalagi menyerang kura kura radiata yang dipelihara.

Aldabra Sang Penyelamat Lingkungan



Kehadiran pendatang asing biasanya menimbulkan bencana. Namun kura-kura raksasa Aldabra justru dianggap sebagai penyelamat. Bukannya menimbulkan masalah di sebuah pulau kecil di Samudra Hindia, seperti yang biasanya dilakukan spesies asing, reptil itu membantu memperbaiki ekosistem alami kawasan tersebut.
Para ilmuwan lingkungan mengintroduksikan kura-kura raksasa, yang dapat mencapai berat 300 kilogram, ke Pulau Ile aux Aigrettes, lepas pantai Negara Kepulauan Mauritius. Pada 2009, 19 kura-kura raksasa dewasa menjadi penghuni baru pulau itu. Mereka menggantikan peran spesies kura-kura di pulau tersebut yang telah lama punah. Kura-kura raksasa dan kadal memakan buah pohon-pohon itu serta menyebarkan bijinya. Tanpa para pemakan buah di sekelilingnya, pohon tersebut tak lagi bisa tersebar ke seluruh pulau. Pohon muda hanya tumbuh tepat di bawah pohon-pohon dewasa.
Sebelum manusia pertama kali menginjakkan kaki di Ile aux Aigrettes, beragam kura-kura raksasa hidup di sana. Begitu pula kadal raksasa serta dodo, si burung yang tak bisa terbang. Menghilangnya satwa-satwa itu mempengaruhi kehidupan makhluk hidup lain di pulau tersebut, terutama pohon eboni, spesies asli Ile aux Aigrettes. Pohon pribumi itu terancam musnah karena dijadikan kayu bakar.
Di seluruh dunia, spesies invasif dianggap sebagai salah satu ancaman terbesar bagi keanekaragaman hayati di sebuah ekosistem sehingga gagasan menggantikan satwa yang telah punah dengan spesies asing sangat kontroversial. Namun beberapa negara telah mencoba menggantikan peran spesies yang telah punah dengan spesies baru yang masih memiliki kekerabatan dengan binatang yang digantikannya.
Keberadaan elang Peregrine Amerika Utara, misalnya, bisa dipulihkan dengan mengundang tujuh subspesies dari empat benua. Burung heron malam kuning berjambul diintroduksikan ke Bermuda untuk menggantikan burung heron yang telah musnah, dan mengendalikan ledakan populasi kepiting darat.
Peneliti konservasi Josh Donlan bahkan mengusulkan ide yang lebih ekstrem, yakni membangun kembali ekosistem Pleistosen Amerika Utara dengan mendatangkan mamalia besar Afrika, seperti kuda, unta, kura-kura, singa, gajah dan cheetah. Selain mengembalikan ekosistem di “rumah baru” mereka, spesies-spesies itu terlindung dari ancaman di daerah asalnya.
Menggantikan kura-kura raksasa yang sudah punah di sebuah pulau tak berpenghuni dengan kura-kura raksasa lain adalah prospek yang jauh lebih sederhana berdasarkan sejumlah alasan. Eksperimen ini dipimpin oleh Christine Griffiths, peneliti di University of Bristol, Inggris, bekerja sama dengan Mauritian Wildlife Foundation.
Pulau-pulau yang terisolasi kerap kekurangan predator. Itu berarti rantai makanan yang harus diperhatikan jauh lebih pendek. “Kura-kura raksasa juga mudah ditemukan dan dipindahkan bila mereka akhirnya menjadi masalah,” kata Griffiths.
Pada awalnya, para ilmuwan sempat khawatir pendatang raksasa bertubuh bongsor itu akan memakan habis tumbuh-tumbuhan asli pulau tersebut. Baru pada 2000, empat kura-kura Aldabra (Aldabrachelys gigantea) pertama diangkut ke pulau tersebut, disusul beberapa kura-kura tambahan. Mereka dipelihara dalam sebuah kandang terbuka, dan para peneliti melakukan survei apakah reptil itu mengancam tumbuhan alami pulau. Ketika hasil survei menunjukkan bahwa kura-kura itu tak menimbulkan masalah yang signifikan, 11 kura-kura memperoleh surat izin bebas menjelajahi habitat mereka yang baru pada akhir 2005.
Kini, buah-buah matang kembali berjatuhan di bawah pepohonan eboni, tapi benih-benihnya terlihat tumbuh rapat di daerah yang paling sering digunakan oleh para pendatang bertubuh besar itu. Griffiths dan ilmuwan lain menemukan bahwa biji yang telah melalui saluran pencernaan kura-kura besar tersebut bertunas lebih cepat dan subur daripada biji lainnya. Terungkap pula bahwa kura-kura Aldabra lebih banyak mengkonsumsi tanaman non-pribumi.
“Meski sejauh ini program reintroduksi itu tampak sukses, kami masih menunggu apakah benih eboni yang disebar oleh kura-kura Aldabra tumbuh menjadi pohon baru yang dapat bereproduksi,” kata Griffiths dalam jurnal Current Biology. “Proyek serupa kini dirintis di Pulau Round di Mauritius.

Kebutuhan Kalsium Bagi Kura Kura


Di alam, kura-kura mendapatkan kebutuhan kalsiumnya dengan berbagai macam cara. Kebutuhan dalam jumlah banyak biasanya diperoleh dengan mengkonsumsi tanaman tanaman yang kaya kalsium. Tanaman ini biasanya tumbuh di tanah yang mengandung banyak kalsium, jadi secara otomatis tanaman itu kaya akan mineral. Kura-kura juga mendapatkan kalsium dengan cara mengkonsumsi partikel tanah sewaktu makan atau mencari makanan makanan yang kaya kalsium di lingkungannya seperti kulit keong atau tulang kering. Lingkungan padang pasir sering kali memiliki populasi keong yang sangat besar dan ribuan partikel pecahan kulit keong di daerah yang sama. Kura-kura di padang pasir diteliti selalu untuk mencari dan mengkonsumsi keong keong ini karena keong merupakan sumber mineral berkonsentrasi tinggi dan mudah diserap. Dalam penangkaran, berat kotor kalsium pada makanan jarang bisa dipenuhi, meskipun telah mendekati makanan di alamnya. Rasio kalsium fosfor pada makanan kura kura penangkaran juga biasanya secara keseluruhan lebih rendah daripada yang ditemukan di alamnya. Beberapa contoh khas termasuk Plantago sp., dengan rasio Kalsium:fosfor diatas 20:1 dan Opuntia sp. Yang memiliki rasio Ca:P setinggi 78:1. Makanan yang umum diberikan pada kura kura peliharaan adalah sayur dan buah buahan, yang sering kali mengandung sedikit kalsium dan fosfor yang berlebihan. Untuk mensiasatinya, campurkan makanan yang akan diberikan pada kura kura dengan vitamin dan atau kalsium bubuk hingga kebutuhan kalsium kura kura bisa terpenuhi.

Gopher Tortoise




 

Tortoise bernama ilmiah Gopherus polyphemus bisa mancapai ukuran 10 hingg 12 inci saat dewasa. Yang terbesar yang pernah tercatat mencapai sepanjang 16 ¼ inci. Range tortoise ini meliputi southern S. Carolina, Georgia, Florida, southern Alabama, Mississippi dan southeastern Louisiana. Habitat tortoise ini adalah bukit berpasir, pulau pulau kecil & juga di jutan datar dimana tanahnya tidak terlalu kering & berpasir. Gopher Tortoise adalah satu dari tiga spesies tortoise lain yang merupakan penggali sejati. Dua diantaranya adalah Bolson’s tortoise & African spurred tortoise.
Liang kura-kura Gopher memiliki satu jalan masuk yang turun ke tanah yang berair, dimana tempat tinggal kura-kura ini memiliki kelembaban tinggi & dingin. Liang Gopher tortoise bisa memiliki panjang sekitar 50 kaki. Tapi kebanyakan dalamnya hanya 15 sampai 18 kaki. Lebarnya biasanya sedikit lebih lebar daripada panjang tortoise itu sendiri, sehingga mereka dapat berbalik badan dengan mudah. Untuk memelihara Gopher tortoise, di kandangnya harus disediakan liang buatan dimana Gopher tortoise dapat mempertahankan suhu kelemabban di 70 – 80 %. Liang kura-kura gopher hanya perlu memiliki panjang seukuran lengan orang dewasa. Tapi banyak juga orang yang memelihara Gopher tortoise  di rumah mereka tanpa menyediakan liang.
Biasanya Gopher tortoise bertelur hanya setahun sekali dan akan manghasilkan 5 hingga 8 butir telur di sarangnya. Telur telur Gopher tortoise akan menetas setelah 60 hingga 90 hari pada suhu 88 derajat Fahrenheit. Bayi gopher tortoise akan tumbuh dengan sangat cept jika diberikan diet yang tepat & bagus. Gopher tortoise akan tumbuh dewasa setelah 6 hingga 8 tahun untuk jantan & 17 hingga 20 tahun untuk Gopher tortoise betina.
Gopher tortoise dikenal sudah memakan lebih dari 1000 jenis tanaman yang ada di range mereka dan lebih dari 200 jenis di satu habitat saja. Sekitar 80 % dari diet Gopher tortoise  setelah tumbuh sedikit lebih besar dari saat menetas adalah rerumputan. Segala macam rumput sangat baik untuk diet Gopher tortoise. Tapi jangan hanya diberi makan rumput, berikan juga makanan tambahan sayuran hijau yang segar. Gopher tortoise juga menyukai kacang kacangan, jagung dan buah buahan. Gopher tortoise sangat suka bunga dandelion, tanaman daun yang kecil maupun lebar dan juga rerumputan jenis lain yang ada di pekarangan. Untuk buah, jangan terlalu sering diberikan.
Memberikan gopher tortoise berbagai macam makanan sehat adalah salah satu cara yang paling penting untuk mencegah penyakit, itu menjaga tingkat stress gopher tortoise hingga minimum. Seperti  kura-kura lainnya gopher tortoise harus dipelihara dalam kandang outdoor dengan rumput yang tumbuh baik untuk makanannya sehari hari. gopher tortoise suka berjemur hingga suhu tempurung mereka sampai lebih dari 90 derajat F. Lalu gopher tortoise akan mencari makan, bersosialisasi dan menggali lubang yang diperlukan. Gopher tortoise akan minum setiap 8 hari sekali jika mereka memiliki lubang dan akan lebih sering minum jika mereka tidak tinggal di liangnya. Di alam bebas, kura-kura gopher minum dari kolam hujan atau dengan menghisap tetesan air dari tepi liang mereka selama hujan deras turun.
Kura-kura gopher ini dilindungi oleh hukum Negara bagian atau federal Di Alabama, Mississippi dan Louisiana karena gopher tortoise merupakan spesies yang terancam punah. Untuk mendapatkan ijin memelihara gopher tortoise akan jadi hal yang sangat sulit.Tapi di negara bagian Florida, orang akan bisa mendapatkan izin untuk menjaga individu ini melalui KOmisi Florida Fish dan Wildlife Conservation.


 

.